Tegal Laka-laka: Superpositive Traveling (Part 2)

Setelah bercerita tentang hari pertama di Tegal, Jumat, mulai dari keberangkatan superngaret di Bandung sampai ketemu orang-orang Tegal yang ternyata gak se-"berisik" yang saya kira, hari selanjutnya saya pun memutuskan buat keliling-keliling Kota Tegal!

Mas Taufik harus bekerja di hari Sabtu. Saya sudah punya rencana, Sabtu ini mau dihabiskan buat keliling-keliling di Kota Tegal. Berhubung sebelumnya (Jumat), saya masih fokus di Kabupaten Tegal, mulai Adiwerna, Slawi, Margasari, hingga Guci. Mas Taufik kerja di Kota Tegal (selanjutnya saya tulis Tegal aja buat nyebut Kota Tegal, hehe). Jadi, saya berencana pergi bareng-bareng Mas Taufik.

Pagi hari, saya sudah disediakan sarapan sama ibunya Mas Taufik. Wah, gak enak juga saking baiknya Mas Taufik dan keluarganya. Sarapannya cukup unik buat saya. Bukan seperti sarapan mainstream yang biasa saya temukan di Bandung: nasi kuning, nasi uduk, kupat tahu, kupat sayur, atau bubur :lol: Namanya nasi ponggol. Isinya sih sebetulnya biasa, tapi sensasinya luar biasa *lebay* :mrgreen: Nasi ponggol cuma nasi putih biasa yang dikasih lauk macam tempe orek tapi lebih basah bumbunya. Terus ditaburin remah kerupuk mi, kerupuk khas Tegal yang banyak dijual di Bandung.

Nasi ponggol ini kayak kamu, sederhana tapi menyenangkan :mrgreen:
Kita pun berangkat. Saya diantarkan dulu ke alun-alun Tegal sebelum Mas Taufik pergi ke kantornya. Seperti biasa, saya paling senang mengunjungi suatu daerah atau kota dengan memulainya dari alun-alun dan masjid kota tersebut. Alun-alun atau pusat kota biasanya mencerminkan kota tersebut secara keseluruhan. Sabtu pagi di alun-alun Tegal cukup ramai lancar *lohhh* Cenderung sepi sebetulnya, hanya ada beberapa orang termasuk anak sekolah lalu lalang. Lapangannya cukup luas dengan rumput yang mulai botak-botak di tengahnya. Balai Kota Tegal juga terbilang cukup sederhana dan masih mempertahankan gaya lamanya.

Saya sempat seaching dulu objek wisata Tegal secara dadakan. Dilihat dari kemungkinan untuk ditempuh cepat, saya pilih Gerbang Mas Bahari Water Park. Rasanya kurang sreg kalau jalan-jalan ke kota bahari tapi gak mampir ke wisata baharinya (oke, alasan yang terlalu mengada-ada). Dari alun-alun, saya buka Google Maps dan melihat titik-titik yang saya rasa cukup menarik atau penting. Dan, saya pun jalan kaki menuju mall paling hits di Tegal, yaitu Pacific Mall. Mall ternyata belum buka dan saya termasuk deretan anak mall paling setia nunggu pintu mall dibuka. Lima belas menit, mall dibuka. Dan, saya keliling-keliling sebentar, merasakan atmosfer Mall di Tegal. Ternyata gak ada warteg di dalamnya :mrgreen:

Setelah cukup puas keliling dan studi banding mall, saya tetiba galau. Antara meneruskan perjalanan ke Gerbang Mas atau lanjut random trip ke Pekalongan, berhubung di depan Pacifik Mall ada pool bis ke Pekalongan. Saya pun berniat pergi dan get lost di kota batik itu. Sayangnya, tiket ke Pekalongan sudah habis dan baru ada lagi sekitar 2 jam kemudian. Terlalu lama dan khawatir gak bisa balik hari ini, akhirnya saya pun memutuskan ke Gerbang Mas Bahari Water Park. Langsung deh lihat Google Maps, wah ternyata deket Pacific Mall, saya pikir bisa jalan kaki ke arah Jalan Rambutan. Akhirnya saya jalan kaki mengikuti petunjuk si sahabat traveler, Google Maps.

Masjid Agung Kota Tegal dan alun-alun saat pagi hari.
Kawasan Balai Kota Tegal
Salah satu sudut jalan di Kota Tegal, pagi hari.
Ternyata jalan kaki di tengah kota Tegal yang panas membara lumayan melelahkan, tapi ternyata jalan yang lalui termasuk jalan kecil, bahkan jalan kompleks. Agak gak habis pikir, kenapa objek wisata besar kok masuk Jalan Kompleks. Saya terus susuri jalan sesuai petunjuk Maps tapi tidak ada tampak keramaian seperti biasanya kawasan wisata. Dari ujung Jalan Rambutan sampai ke ujung lainnya, semua cuma kompleks perumahan. Saya bahkan bolak-balik memastikan kalau saya gak terlewat atau mungkin tidak terlihat nama gerbangnya. Dua kali bolak-balik ternyata gak ada juga Gerbang Mas. Saya pastikan titik saya berjalan sesuai dengan petunjuk GPS di Maps. Saya telusuri pelan-pelan, kok petunjuk Gerbang Mas Wisata Bahari tepat di rumah yang lagi gelar resepsi nikahan.

Akhirnya, saya kembali ke pepatah lawas: malu bertanya sesat di jalan. Akhirnya, saya menyerah pada Maps dan bertanya langsung ke manusia. Sambil beli minuman dingin, saya nanya langsung si ibu penjaga warungnya. Dia pun menunjukkan arah ke barat. Katanya, "Masih jauh, terus aja ke sana ke arah terminal Tegal. Masnya gak bisa jalan kaki, harus naik becak." Yah, akhirnya saya pun memutuskan untuk jaga jarak dengan Google Maps dan gak terlalu menganggap dia sebagai sahabat yang baik. Toh, mesin dan internet ternyata bisa salah juga. Akhirnya saya naik becak sampai tujuan dengan membayar Rp10.000. Ibu warung bilangnya cukup Rp5.000, tapi mas becaknya cemberut gitu pas dikasih Rp5.000.

Wisata Bahari-nya Kota Bahari

Akhirnya sampai juga saya di Gerbang Mas Bahari Water Park. Ternyata lokasinya di Jalan Utama, dekat terminal bis Kota Tegal. Saya sebetulnya gak punya persiapan apapun, semacam celana kolor, handuk, atau sabun mandi. Jadi secara mendadak, saya beli dulu peralatan yang lazim dipakai di wisata air itu di Indomaret depan lokasi. Kecuali celana kolor, saya beli di dalam lokasi. Setelah beli perlengkapan, saya pun masuk dengan harga tiket Rp25.000 untuk weekend. Harga tersebut belum termasuk sewa loker Rp10.000. Fasilitasnya lumayan lengkap untuk harga segitu. Ada beberapa pilihan kolam, seperti kolam Olympic, kolam anak-anak, kolam keluarga (ember tumpah, seluncuran, dll), dan kolam ombak.

Cukup puas di Gerbang Mas, saya rasanya malas buat eksplor tempat lain di Tegal soalnya panasnya bikin gak tahan. Maklum kebiasaan di bawah kaki gunung :mrgreen: Sambil nunggu jawaban Mas Taufik yang mau jemput saya lagi, saya santai-santai dulu di gerbang mas sambil jajan tahu goreng. Di dalam Gerbang Mas, sebetulnya ada karaoke dan cukup bayar ... berapa ya, lupa hehe. Kalau gak salah, 5/10 ribu/lagu. Sebetulnya pengen, tapi rasa malu cukup mengalahkannya :mrgreen: berhubung tempatnya out-door dan disaksikan banyak orang.

Salah satu ikon di Gerbang Mas Bahari Water Park
Salah satu kolam renang di Gerbang Mas Bahari Water Park
Kolam ombak di Gerbang Mas Bahari Water Park
Tak lama, Mas Taufik pun mengabari. Kita pun janjian lagi dan saya dijemput. Saya kira mau langsung pulang rumah dan istirahat, tapi ternyata, kita mampir dulu ke rumah Mbak Enung, salah satu anggota Komunitas Aksi Sobat Tegal lainnya. Di sana sudah ada Mas Tanto, Mas Prio, Mbak Enung, dan Mbak Izza. Sesi perkenalan (lagi) dimulai. Yah, dua hari yang membuat saya memaksakan diri menyalakan Mode Ekstovert saya (meski berat). Mas Taufik menanyakan persiapan acara komunitas Gabungan Pecinta Lingkungan (GPL) besok dan camping di Pantai Muarareja nanti malam. Mas Tanto minta Mas Taufik (dan saya) untuk datang nanti malam dan gabung camping. Saya udah degdegan sebetulnya, berharap Mas Taufik tetap mengajak saya stay di rumahnya, hehehe.

Selesai ngobrol dan mengecek persiapan acara, Mas Taufik kemudian mengajak saya ketemuan sama anak-anak Kelas Inspirasi Tegal dan Couchsurfing Tegal di alun-alun Tegal. Wow, sejenak saya berpikir, Mas Taufik ini tipikal orang supel dan senang ada di luar rumah, haha. Seperti saya tulis di bagian sebelumnya, orang introvert pasti bisa membayangkan bertemu orang baru yang berbeda secara terus-menerus dalam waktu yang bersamaan itu gimana rasanya :roll: Tapi, pengalaman sekarang tentu dalam hal positif, karena semua orang baru yang saya temui ternyata orang-orang yang asyik, positif, dan keren aktivitasnya.

Suasana alun-alun Kota Tegal sore hari
Sabtu sore, saya diboyong Mas Taufik balik ke alun-alun Tegal. Mas Tanto cs juga ikut sama-sama. Katanya, di sana bakal ada anak-anak dari Kelas Inspirasi Tegal dan Couchsurfing Tegal yang bakal gabung di acara GPL besok. Lalu, bertemulah saya dengan orang yang ditunggu. Dari Kelas Inspirasi, saya ketemu sama Mbak Rizki dan Mas Shofyan. Kita pun rame-rame menuju Pantai Alam Indah. Di sana foto-foto dan menikmati senja. Menjelang magrib, kita kembali ke alun-alun dan shalat magrib di Masjid Agung Tegal. Mas Tanto dan Mas Prio ke lokasi camping nanti malam. Begitu selesai, kita nongkrong di alun-alun Tegal yang ternyata berubah drastis dari penampakan tadi pagi. Alun-alun berubah jadi pusat keramaian. Pedagang dan orang yang menghabiskan malam mingguan. Di sana, kita beli makanan khas Tegal. Namanya kupat glabed.

Kupat glabed hampir mirip dengan ketupat sayur atau opor dengan kuah yang kental alias ngglabed. Saya pling suka sambalnya yang gurih. Dan, kupat glabed ini disajikan pakai aneka topping sate. Ada sate ayam, sate usus, sampai sate kerang. Maknyus, pokoke. Apalagi dimakan sambil nongkrong menyaksikan keramaian orang-orang yang ngapak, eh, tegalan dan view Masjid Agung Tegal yang cantik saat malam. Saya juga ngobrol sama Mas Shofyan, orang NGO yang dulu lama di Makassar dan Mbak Rizqi yang juga pengajar bimbel. Semuanya orang yang bergerak di pendidikan, orang yang suka dengan gerakan sosial. Tak lama, bergabung satu orang lagi dari Couchsurfing Tegal. Namanya Mas Kholid. Pokoknya malam itu lengkap, saya jadi orang ekstrovert dadakan. Alhamdulillah, semuanya orang yang nyaman dan menyenangkan.

Selesai makan, kita pun keliling-keliling alun-alun sebentar. Mas Shofyan dan Mas Kholid ternyata pehobi fotografi. Keduanya nenteng-nenteng kamera. Saya bisa sekalian belajar dan juga bisa minta foto gratis pake kamera keren, hehe. Terus, Mas Taufik mengajak saya buat keliling-keliling kota Tegal malam hari. Yang lainnya ternyata antusias buat ngajak saya nunjukin tempat-tempat keren dan instagramable :mrgreen: Wah, saya tersanjung 7. Semua respek melihat saya jauh-jauh datang dari Bandung buat gabung di acaranya mereka besok. Sisi sentimentil saya gampang kesentuh kalau gitu dan pastinya saya sekejap lupa kalau saya tipikal orang introvert hehe, karena mereka semua menyenangkan sebagai keluarga baru.

Makan kupat glabed rame-rame di alun-alun Kota Tegal.

Pantai apa ya namanya, lupa :D
Malam ini saya diajak menelusuri kota tua Tegal. Dimulai dari stasiun kereta api Tegal, dilanjut ke bekas kantor pemerintah kota Tegal. Tadinya kita mau ke dipo lokomotif tapi sayang gak diizinkan masuk. Di kota tua, kita foto-foto. Gak lupa, foto di depan tulisan ikon "Tegal Kota Bahari" yang terpampang nyata di jalur Pantura yang dikenal 'cadas'. Setelah itu, kita lanjutkan perjalanan ke salah satu warung susu paling hits di sana. Saya lupa namanya. Mbak Izza dan Mbak Rizki pamit duluan. Mbak Rizki pulang dan Mbak Izza menuju lokasi camping GPL.

Tinggal saya, Mas Taufik, Mas Kholid, dan Mas Shofyan. Kita nongkrong-nongkrong sambil minum susu. Di sana kita sharing. Mas Kholid cerita tentang traveling, Mas Shofyan tentang NGO dan hidup di Makassar. Mas Taufik sih lebih banyak dengar karena termasuk orang yang agak pendiam :mrgreen: Selepas nongkrong, kita lanjut ke lokasi camping, kecuali Mas Kholid. Saya sebetulnya udah pengen istirahat di kasur. Tapi Mas Taufik bilang, nengok sebentar hehe. Akhirnya, saya pun mendatangi lokasi camping, tempat berkumpulnya semua komunitas di Tegal. Yang orang lihat: keramaian yang menyenangkan. Yang saya rasakan: kekikukan yang menegangkan :lol:

Kegiatan camping dan acara inti yang sangat menyenangkan di hari Minggu, saya tulis di bagian selanjutnya :)

Posting Komentar

0 Komentar