Backpacking Malaysia: Ngemper di Bandara, No Problem! (Part 1)

Setelah sempat gagal, akhirnya trip yang selama ini direncanakan jauh-jauh hari bisa terwujud juga. Yeay, jalan-jalan ke luar negeri kita! *jingkrak-jingkrak norak*

rezanugraha.com

Ya, sebetulnya perjalanan ke Malaysia pekan lalu bukan rencana pertama. Tahun sebelumnya, saya udah punya rencana buat pergi. Setelah hunting tiket promo Air Asia, saya berhasil dapat tiket pulang-pergi Jakarta-Kuala Lumpur dengan harga Rp0 buat dua orang dan cuma perlu bayar airport tax. Jadwal penerbangan buat pertengahan Juli 2016. Cuma, dengan berat hati, penerbangan harus dibatalin karena saya baru diterima di salah satu perguruan tinggi. Dan, saya wajib melakukan registrasi mahasiswa baru di tanggal yang sama dengan penerbangan ke KL. Karena registrasi wajib dan gak bisa diwakilkan (kalo gak hadir dianggap mengundurkan diri), terpaksa deh gagal terbang.

Sebagai gantinya, saya nunggu-nunggu lagi promo penerbangan Air Asia. Ilmu ini sebetulnya datang dari Novan yang lebih dulu malang-melintang di dunia backpacker dan sukses bikin saya jadi ketagihan buat jalan-jalan, meski cuma ngetrip impulsif dan random dengan budget pas-pasan 😃 Dan, akhirnya Januari 2017, Air Asia ngadain lagi promo. Cuma, bukan promo Rp0 lagi kayak tahun sebelumnya. Walhasil, dengan semangat membara, saya langsung ngajak Novan buat realisasikan mimpi yang tertunda *lebay*

Kami pun dapat penerbangan murah dengan harga tiket plus airport tax sekitar Rp300.000 one way. Jadi, total pembelian tiket waktu itu sekitar Rp1.200.000 untuk dua orang pulang pergi. Masalah paspor tentu udah beres karena sebelumnya memang berencana mau pergi. Urusan lainnya, saya masih bergantung sama Novan, termasuk bikin itinerary, berhubung dia udah beberapa kali ke Malaysia. Tapi seperti biasa, sebelum jalan ke mana pun, biasanya saya sendiri juga suka riset atau googling banyak info tentang tempat dituju, termasuk perjalanan ke KL kemarin. Jadilah, kami diskusi dulu. Novan ngasih rekomendasi beberapa tempat, saya juga nunjukkin beberapa tempat yang pengen saya kunjungin. Alhasil, kami pun punya itinerary yang cukup matang jauh-jauh hari.

Pas hunting tiket, saya minta jadwalnya jangan sampai terlalu jauh dari pembelian. Takutnya, kayak pengalaman tahun lalu. Ada acara penting mendadak. Pas lihat kalender dan menyesuaikan jadwal di tempat kerja, akhirnya dipilihlah 20 sampai 23 Maret. Tadinya mau sampai tanggal 24 bahkan 25, tapi harga tiketnya gak termasuk promo haha. Lagi pula, saya bakalan jalan di saat agenda perkuliahan lagi banyak-banyaknya tugas. Makanya, saya putuskan untuk gak bolos kuliah di hari Jumat (tanggal 24). Subhanallah banget kan, mahasiswa rajin kayak gini.

Persiapan sebelum hari-H pun cukup matang. Saya dan Novan memutuskan untuk memadatkan trip singkat kami dengan mengunjungi beberapa tempat sekaligus. Utamanya, ke Kuala Lumpur dan Melaka. Trip ini memang singkat, Senin, 20 Maret kita take off jam 20.00 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dan kita bakalan pulang Kamis, 23 Maret jam 22.00 waktu Malaysia. Artinya, kita cuma punya waktu efektif buat jalan-jalan di hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Tiga hari doang. Gak lupa menyiapkan Ringgit yang waktu kemarin rate-nya di angka Rp3.060.

Penginapan juga udah kami booking. Kebetulan, kami memilih guest house di dua kota, Melaka dan Kuala Lumpur, yang udah Novan tau sebelumnya. Bahkan, yang di Melaka ini langganan Novan, katanya. Yasudah, saya sih sepakat sepakat aja. Yang penting nyaman dan murah 😃 Jadi, rencana kita Senin malam berangkat, Selasa ke Melaka, Rabu ke Batu Caves, dan Kamis menghabiskan waktu city tour di Kuala Lumpur. Okay, perjalanan singkat yang padat pokoknya. Saya sampai wanti-wanti untuk gak mengagendakan waktu tidur terlalu lama di sana, haha.

Salah satu tap water yang disediakan di bandara KLIA 2.

Keberangkatan Hari-H

Minggu malam sebelum hari-H, saya mendadak gak enak badan, sebetulnya. Dan kebiasaan paling lazim buat saya adalah susah tidur kalau besok harinya bakal pergi jauh *antara lebay dan norak, sih* Saya sampe beli obat tidur karena sampai lewat jam 12 malam, mata gak bisa merem juga ditambah diare yang lumayan bikin parno 😃 Besok harinya pun, rasanya udah gak sabar pengen cepet-cepet ke bandara, padahal tahu penerbangannya itu malam banget. Novan cuma geleng-geleng kepala liat kelakuan partner traveling-nya yang ndeso ini.

Kami berangkat dari Depok. Setelah shalat Zuhur, kami langsung berangkat pakai Grab Car ke terminal Depok buat melanjutkan perjalanan ke bandara pake bis bandara. Kebetulan, bis bandara di Depok dipegang oleh Hiba Utama, bukan Damri seperti beberapa tempat lain di Jakarta. Ongkosnya Rp60.000. Kita sampai sekitar jam 15.30. Kita sempat shalat Ashar dulu, ngisi perut di KFC, lalu mulai check in, cap paspor, dan masuk ke ruang tunggu sekitar jam 17.00. Masih lama banget sih. Cuma ya, maklum, saya masih pegang ajaran ibu saya: lebih baik menunggu daripada terlambat, haha.

Sampai akhirnya tiba waktu boarding, saya dan Novan mulai masuk pesawat. Penerbangan pun berlangsung mulus dan tiba di Kuala Lumpur jam 01.00 waktu setempat. Artinya, di Jakarta masih jam 24.00. Air Asia mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2). Kalau selama ini cuma liat KLIA 2 di Google Earth, Skyscrapper, dan googling sana-sini, akhirnya saya merasakan langsung ambience terminal khusus low cost airways ini. Bandaranya lebih megah daripada Terminal 3 Soekarno-Hatta karena terintegrasi dengan mal dan terminal tranportasi darat.


Salah satu konter check-in di KLIA 2.
Dini hari di KLIA 2 tampaknya tidak begitu penuh dengan hiruk pikuk orang. Saya dan Novan menuju food court terlebih dahulu buat mengisi perut. Makan pertama di Malaysia! Makanya, gak boleh lewatkan makanan khas Malaysia yang kira-kira gak ada di Indonesia. Setelah berputar-putar melihat beberapa menu dan stall, akhirnya saya pilih Nasi Biryani, makanan khas India. Di Indonesia juga banyak sih. Cuma, saya belum pernah coba sama sekali, hehe. Yang jualnya langsung 'uncle-uncle' India. Minumnya saya pilih Bandung Ice. Minuman ini gak ada hubungannya sama sekali sama kota Bandung sih. Warnanya merah muda kayak Pink Lava di Richeese Factory.

Makan pertama di Malaysia!
Waktu masih menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kami pun udah kenyang banget. Sesuai rencana, kami akan menghabiskan waktu pertama di Melaka, salah satu negara bagian (setingkat provinsi di Indonesia) yang letaknya di barat daya Kuala Lumpur. Kami akan naik bus menuju Melaka, tapi bus pertama ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) Bandar Tasik Selatan (BTS), tempat kami akan naik bus ke Melaka, baru ada sekitar jam 04.00. Untunglah, suasana di KLIA 2 sama sekali gak bikin insecure dan sangat nyaman. Bandaranya tourist-friendly banget. Jadi, kita bisa leluasa keliling-keliling sambil mencari tempat atau pojokan yang nyaman buat tidur atau ngemper 😃

Novan tampaknya gak tahan menahan ngantuk, jadi dia bilang mau tiduran di tempat kami makan di food court. Tapi, saya malah gak ada ngantuk sama sekali. Makanya, pas Novan rebahan di bangku foodcourt, saya malah keliling-keliling KLIA dan puasin foto-foto 😃 Saya juga sekalian cari colokan listrik buat ngecharge HP dan power bank. Ternyata di beberapa sudut juga banyak banget orang yang ngecharge sambil tiduran atau ngemper. Banyak juga turis bule yang bahkan pake sleeping bag buat ngemper.

Udah puas keliling setiap lantainya, saya pun berhenti depan Kedai Canon. Ya, kedai! Lucunya, setiap toko di bandara dan bahkan di seluruh penjuru Malaysia, selalu mencantumkan nama dan identitas tokonya dalam bahasa Melayu, meskipun toko barang-barang branded sekali pun. Ada kedai beg, kedai serbaneka, kedai kamera dan fotografi, dan lain-lain. Benar-benar politik bahasa yang kuat!




Di depan "kedai" Canon yang udah tutup, saya ngecharge HP sekaligus duduk aja ngemper. Gak peduli orang lalu lalang. Toh, di pojokan lain, dua orang turis berambut blonde pun tampak asyik ngobrol sambil ngemper juga. Security pun tampak mondar-mandir. Sambil ngecharge, saya manfaatkan wifi gratis bandara buat aktifin data internet di HP. Browsing, chatting, dan paling penting upload foto ke Instagram. Wifi gratis di KLIA cukup gampang buat dipake. Kita hanya perlu log-in atau buat akun dengan media sosial yang kita punya. Bisa juga buat pake email atau nomor HP. Karena pas nyambungin ke Facebook saya gak bisa juga, saya iseng masukin nomor HP acak dengan awalan +60, eh ternyata bisa juga nyambung, hehe.

Direktori digital di KLIA 2. Dijamin gak akan get lost di sini.
Pemandangan di luar KLIA dini hari.
Gak lama, Novan datang. Mungkin gak keruan ditinggal sendiri di foodcourt, haha. Kami pun lalu lalang lagi sampai akhirnya menjelang jam 04.00, kami bersegera menuju lantai dasar bandara yang juga terminal bus antarnegeri (AKAP) dan antarbandar (AKDP). Enaknya, di terminal bus yang terintegrasi dengan bandara tersebut, terdapat konter-konter tiket yang informasinya bisa dengan jelas kita lihat, mau ke mana, jam berapa, dan naik bis apa. Sesuai tujuan, kita pun mencari bus ke Melaka.

Orang-orang tertidur di terminal bus di lantai dasar bandara.
Ternyata bus yang langsung ke Melaka, berdasarkan informasi dari mbak-mbak yang jaga, adanya jam 1 dini hari dan ada lagi siang sekitar jam 11. Kami sebetulnya tahu jam 1 dini hari ada jadwal bus ke Melaka, cuma sengaja gak pilih karena malas kalau sampe Melaka terlalu nyubuh. Novan bilang, lebih baik nunggu terang di KLIA daripada di Melaka Sentral. Tapi, kami juga gak mau pilih jam 11 siang karena jelas-jelas terlalu siang. Akhirnya, kami pilih bus ke Terminal Bersepedu Selatan (TBS) Bandar Tasik Selatan (BTS), terminal bus terintegrasi di Kuala Lumpur. Konon, di sana lebih banyak pilihan bus ke Melaka dan hampir tiap waktu ada.

Perjalanan hari pertama di Malaysia pun dimulai. Perjalanan menuju Melaka, saya lanjutkan di postingan selanjutnya 😊

Posting Komentar

0 Komentar