Perpustakaan Daerah Jawa Barat

Ada ungkapan yang menyebut, "Jika ingin melihat peradaban suatu masyarakat, lihatlah perpustakaannya". Maka perpustakaan yang ada di sebuah daerah tertentu bisa jadi menggambarkan kondisi masyarakat di daerah tersebut. Kalau Indonesia secara keseluruhan diwakili Perpustakaan Nasional RI sebagai jendela peradabannya, maka warga Jawa Barat patut bangga memiliki Perpustakaan Daerah (Pusda) yang kini sudah berubah wajah. Ya, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat memang sudah mengubah wajah Pusda jadi perpustakaan bertaraf internasional (PBI) pada 2013. Pusda yang menempati lokasi baru ini katanya memiliki tema "New Look, New Performance". Benarkah?


Pusda Jabar yang dulu terletak di Jalan Soekarno-Hatta sudah bermigrasi ke Jalan Kawaluyaan Indah II No. 4 Bandung. Sekilas tampak dari luar, bangunan dengan desain modern terlihat megah untuk ukuran perpustakaan. Berbeda dengan Pusda dulu yang gak jauh beda dengan ruang-ruang perpustakaan di sekolah-sekolah. Begitu masuk ballroom juga terlihat nuansa modern, dengan adanya eskalator (hanya untuk turun) dan sepasang lift yang menghubungkan keempat lantainya. Sayangnya, tampilan luar gedung belum begitu ditata dengan rapi. Cuma terlihat beberapa plakat bertuliskan nama masing-masing kabupaten/kota di Jabar dengan kondisi selasar yang kelihatan gersang dan kurang hijau.

Dalam layanan juga, Pusda dulu dan kini sudah berubah. Kini layanan yang ada hampir semua berbasis teknologi (IT). Mulai dari pendaftaran anggota secara daring, buku tamu daring, akses wifi penuh, katalog daring, hingga beberapa ruang yang digunakan untuk multimedia. Meskipun masih ada yang layanannya manual, seperti mengisi buku tamu di setiap ruangan dan perlunya foto kopi KTP untuk mendaftar (bukannya e-KTP gak boleh difoto kopi?). Sedangkan pembagiannya ruangannya, di lantai 1 (dasar) ada ruang baca khusus anak, ruang baca rujukan, dan ruang loker. Sedangkan di lantai 2 ada ruang baca khusus remaja dan dewasa, termasuk ruang diskusi, lantai 3 ada ruang referensi dan terbitan berkala (koran, majalah, dll), dan aula di lantai 4. Sekarang pun sudah tersedia mesin foto kopi.

Suasana ballroom lantai 1. Pengunjung harus mengisi dulu buku tamu manual dan menyimpan barang bawaannya di ruang loker.
Proses pendaftaran pun jadi lebih mudah. Pengunjung cuma perlu mengisi data secara mandiri di komputer yang tersedia di Lantai 3 kemudian datang ke ruang foto untuk mencetak kartu jika data sudah tersimpan di komputer. Kartu Anggota pun segera jadi dan bisa langsung digunakan. Selain itu, petugas akan memberi 3 kartu untuk peminjaman buku. Dan, yang paling penting, pendaftarannya gratis! Gak seperti dulu yang harus menyerahkan sejumlah uang jaminan. Tapi, jangan lupa syarat yang perlu dibawa, yaitu foto kopi KTP dan pas foto berwarna ukuran 2 x 3 sebanyak 4 lembar. Khusus untuk warga Jawa Barat yang berasal dari luar kota Bandung, perlu juga membawa surat domisili jika tinggal di Bandung atau foto kopi keluarga/pemilik kos. Agak aneh sih aturannya. Jadi, untuk warga luar Bandung dan tidak tinggal di Bandung bakal lebih ribet, padahal Pusda kan milik warga Jabar :mrgreen:

Tapi sayang, rasanya orang Indonesia seringkali punya masalah dengan perawatan. Wajah Pusda yang kini terlihat modern dan memang layak disebut bertaraf internasional, gak diimbangi perawatan yang sesuai. Apalagi kalo bukan toilet yang seringkali jadi masalah klasik. Terakhir saya mengunjungi Pusda, toilet di lantai 1 dalam keadaan rusak dan baunya super tidak sedap. Begitu juga dengan perawatan toilet di lantai 2 dan 3. Selain itu, beberapa colokan listrik yang tersedia juga dalam keadaan rusak. Pas hujan pun, lantai aula 3 pun banjir terkena cipratan air dari atap.

Ruang Baca Khusus Anak
Ruang Baca Dewasa
Meja-meja baca yang tersedia di ruang baca dewasa.
Ruang Terbitan Berkala (Koran, Majalah, Tabloid, dll)
Selain perawatan, yang mungkin bisa dianggap klise adalah pelayanan petugas. Secara keseluruhan, saya nilai pelayananannya cukup baik. Bahkan, pertama kali saya dapat kabar bahwa Pusda sudah pindah dan berubah pun dari seorang petugas Pusda yang menjaga sebuah stand di pameran buku. Saya lupa namanya, tapi ibu berkerudung yang memberikan informasi beberapa bulan lalu itu sangat ramah dan detail memberikan informasi. Sayangnya, beberapa kali saya ke Pusda selalu terlihat pelayanan petugas yang kurang mengenakkan. Beberapa waktu lalu, saya lihat seorang petugas menegur beberapa orang yang menggunakan ruang diskusi untuk mengakses wifi dengan kurang santun. Sambil marah, beliau bilang seharusnya penggunaan harus dengan seizin petugas.

Selain itu, pertama kali saya mendaftar anggota beberapa bulan lalu pun, saya mendapati beberapa petugas yang tidak mengikuti apel hari Senin dan malah bergosip ria di ruang pendaftaran :lol: Satu lagi, pernah saya datang pukul 8 tepat (sesuai jam buka layanan) tapi belum mendapati petugas berjaga. Sebaliknya, ketika waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB (setengah jam sebelum layanan istirahat), petugas malah "mengusir" pembaca agar segera keluar ruangan. Beliau pun mengunci ruangan, jauh beberapa menit sebelum istirahat. Yah, contoh-contoh seperti ini, saya harap jadi masukan positif untuk pihak Pusda untuk terus meningkatkan pelayanan sesuai brand-nya kini sebagai Perpustakaan Bertaraf Internasional.

Beberapa catatan untuk Pusda Jabar saat ini, yaitu:

  1. Saya harap petugas Pusda lebih meningkatkan kualitas pelayanan seperti kedisiplinan, kesigapan, dan keramahan. Selain itu, perawatan fasilitas juga harus diperhatikan, seperti toilet dan sarana-prasarana lainnya.
  2. Selain itu, penggunaan teknologi yang modern pun saya harap gak tanggung-tanggung. Kalau sudah ada buku tamu daring, rasanya gak perlu buku tamu manual (hemat kertas, hehe), harusnya tersedia pemindai (scanner) e-KTP untuk pendaftaran (bukankah e-KTP dilarang difotokopi?), fasilitas penunjang wifi seperti meja dan colokan listrik diperbanyak (karena yang ada sangat sedikit kalau dibandingkan milik beberapa kampus), dan beberapa layanan lain yang sebetulnya bisa didigitalisasi, seperti peminjaman, pengembalian, dan lain-lain.
  3. Pusda Jabar sebagai perpustakaannya warga Jawa Barat saya harap lebih bisa memudahkan layanan untuk warga Jabar yang tinggal di luar Bandung. Karena yang terasa sekarang, Pusda Jabar hanya milik Bandung. Buktinya, pendaftaran yang agak sedikit ribet untuk warga luar Bandung. Meski bukan warga Bandung, saya bisa mendaftar karena berdomisili di Bandung. Gimana dengan warga luar Bandung lainnya yang tidak tinggal di Bandung? Semestinya ada cara yang lebih mudah.
  4. Harapan terakhir sebetulnya cuma ambisi saya dari dulu. Saya selalu berharap adanya perpustakaan yang benar-benar bisa dinikmati dan dimanfaatkan warga tanpa kendala, salah satunya kendala waktu. Jam layanan Pusda saat ini mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB (kecuali Jumat dan Sabtu sampai 15.00 WIB). Jam layanan pun dipotong istirahat satu jam. Nah, saya berharap jam layanan bisa lebih lama tanpa dipotong istirahat. Kenapa petugas tidak bergantian pas istirahat? Atau, kenapa pula ruang layanan harus kosong pas istirahat? Bahkan ada beberapa ruangan yang petugasnya pun tak ada di ruangan pada jam layanan. Apalagi kalau sampai hari Minggu perpustakaan tetap buka. Wah, lebih keren lagi. Jadi di waktu libur pun, warga berkesempatan buat menghabiskan waktu di perpustakaan (Catatan: hari Minggu tersedia perpustakaan keliling di Sabuga dan Tegal Lega).
Yah, begitulah catatan saya buat Perpustakaan Jawa Barat. Meski dengan beberapa catatan, saya pribadi bangga memiliki Pusda yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena bagaimana pun Perpustakaan Daerah Jawa Barat adalah cerminan masyarakat Jawa Barat.

Posting Komentar

0 Komentar